MASJID Sultan yang terletak di di Jalan Muscat, Distrik Kampong Glam Singapura merupakan salah satu Masjid tertua dan merupakan salah satu masjid terpenting di Singapura. Pasalnya selain mempunyai nilai sejarah tinggi, Masjid tersebut juga digunakan sebagai salah satu sarana untuk saling jumpa dengan para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang berada di sana.
Memasuki kawasan yang sebelumnya dikenal dengan kampong arab, deretan penjual makanan Islam, serta pernik-perniknya. Terlihat kokoh berdiri sebuah masjid yang berada diujung gang, dengan menara berbentuk botol kecap menjuang tinggi. Bahkan Nama asli jalan-jalan berdekatan masjid tersebut seperti bernamakan Arab, seperti Kandahar Street, Baghdad Street, Arab Street dan Bussorah Street masih diabadikan.
Saat itu, ketika saya berkunjung ke Masjid yang dibangun pada era Sultan Singapura pada zaman Raffless yaitu Sultan Hussein Shah tahun 1825 M ini sedang berlangsung rapat pertanggung jawaban tahunan yang dilakukan oleh para takmir Masjid. Meski tidak banyak pengikut ajaran Islam, namun mempunyai peran penting bagi komunitas TKI, karena setiap hari Minggu para TKI selalu berkumpul untuk mendengarkan siraman rohani sekaligus belajar kursus ketrampilan. “Setiap dua minggu sekali, para TKI kumpul disini, selain bias saling sapa, mereka juga kami ajarkan tentang keagamaan,” ujar Jainal (42) selaku coordinator perkumpulan An-Nisa’
Perkumpulan yang digagas pada tahun 2000 yang lalu itu, pertama kali hanya mempunyai anggota 23 orang. Namun menginjak usianya yang ke 11 pada bulan Januari 2011 nanti, sudah mempunyai 500 anggota yang berasal dari TKI semua. “Sekarang sudah banyak anggotanya, sarananya hanya dari mulut ke mulut yang dilakukan oleh para TKI tersebut,” ujarnya.
Untuk biayanya dikatakan Jainal, para TKI yang hanya untuk belajar ngaji tidak fipungut biaya. Namun bagi yang ingin kursus ketrampilan, mereka dikenakan biaya 30 dolar Singapura untuk 6 bulan. “Untuk ngajinya kita free, tapi untuk kursusnya membayar setiap enam bulan sekali,” ujarnya.
Tidak jarang dari para TKI ini saat berkumpul salaing tukuar pikiran membicarakan majikan mereka, ada yang mempunyai majikan sabar, ada juga yang mempunyai majikan yang keras. “Ya disini tempatnya, jika mereka saling bertemu sudah pasti saling tukar pikiran,” jelasnya.
Dalam kegiatan perkumpulan An-Nisa tersebut, para TKI diberi pembelajaran membaca Iqra, Bahasa Inggris dan berbagai kerajinan tangan. Mulai menjahit, computer dan kerajinan yang lain.
Sementara itu, Mengenai perjalanan sejarahnya, dijelaskan Abdul Wahab Maftar yang merupakan anggota lembaga takbir Masjid Sultan. Masjid Sultan didirikan pada 1825 dengan sumbangan SGD 3000 dari East India Company. Seiring perkembangannya, pada awal 1900-an, Singapura menjadi pusat Islam, perdagangan budaya dan seni. Ini membuat Masjid Sultan menjadi terlalu kecil untuk komunitas yang sedang berkembang. “Nilai sejarahnya terutama peradaban Islam sangat tinggi, sebelum ada penjajahan Inggris masuk,” jelasnya.
Pada 1924, diceritakan Abdul Wahab tepat seratus tahun keberadaan masjid, para wali setuju untuk mendirikan sebuah masjid baru. Ini juga berdasarkan pertimbangan bahwa masjid yang lama saat itu sudah dalam keadaan rusak.
Arsitek Denis Santry dari Swan and Maclaren kemudian ditunjuk untuk memperbaiki masjid. Selama pengerjaannya, ia mengadopsi gaya saracenic yang menggabungkan menara dan langkan. Masjid kemudian selesai setelah empat tahun yaitu pada 1928.
Selama proses renovasi, Masjid Sultan tidak meninggalkan bentuk asalnya seperti saat pertama kali dibangun. Perbaikannya hanya dilakukan untuk ruang utama pada 1960 dan pemberian ruang tambahan pada 1993. Masjid ini juga ditetapkan sebagai monumen nasional pada 14 Maret 1975. “Salah satu yang tidak ditnggalkan adalah menara yang berbentuk botol kecap, konon para pendiri masjid bingung mencari menara, akhirnya ditemukan botol kecap yang dipasang di are aMasjid sebagai pertanda,” ungkapnya
Mengunjungi Masjid Sultan, tidak dipungut biaya. Selain menikmati arsitekturnya, bagi muslim bisa sekaligus melaksanakan ibadah. Selain itu bisa melihat dengan teliti bagian leher kubah yang berkilauan, bila menyadari akan tahu jika sebenarnya itu tersusun dari ribuan botol kaca biasa.(arif)