Sebelumnya umat Hindu telah melakukan upacara Melasti di Waduk Siman, Kecamatan Kepung pada Sabtu, (9/3) kemarin. Upacara Mecaru atau yang juga dikenal dengan tawur kesanga ini merupakan upacara terhir sebelum memasuki Brata Nyepi. Dalam upacara kali ini dipimpin oleh pandeta Tanaya Winaya.
Usai upacara para pemuda dan peserta upacara mengarak 4 patung perwujutan butakala mengelilingi tugu Garuda sebayak tiga kali. Dengan diiring musik gamelan khas bali sebagai perangkat upacara, para mangku memandu jalannya arak-arakan tersebut sambil membacakan mantra suci. tak pelak, prosesi upacara ini menarik perhatian warga Kabupaten Kediri yang juga ikut mennyaksikan jalannya mecaru kali ini.
Ketua parisade Hindu Kabupaten Kediri Ni Made Sulistyowati mengatakan, berdasarkan salah satu sastra menyebutkan upacara Mecaru seharusnya di lakukan di perempatan jalan besar. Dipilihnya perempatan Garuda Pare sebagai tempat berlangsungnya upacara Ni Made Sulistyowati karena tempat tersebut merupakan perempatan paling besar dan pertama di Kabuapten Kediri. Makna dari tawur kesanga menurut Ni Made Sulistyowati adalah wujud rasa syukur atas limpaham anugerah yang selama ini di berikan. “Menurut sastra upacara tawur kesanga dianjurkan di selenggarakan di kabid pasari nagari, artinya perempatan jalan yang besar. Ini adalah merupakan wujud rasa syukur kita pada tuhan yang maha esa atas limpahan karunianya selama ini,” ujarnya, Senin (11/3).
Senada Ni Made sulistyowati, Ketua I Parisade Hindu Kabupaten Kediri bidang pendidikan Radi hardianto menjelaskan, tawur kesanga atau mecaru ini adalah pemberian sesuguhan bagi butakala, yakni mahluk bawahan atau gaip yang tidak bisa terlihat. Diberikannya sesuguhan bagi mahluk tersebut menurut hardianto agar mahluk tersebut tidak mengganggu dalam melaksanakan brata nyepi. “Mecaru ini adalah upacara untuk memberikan sesuguhan bagi para butakala. Dengan diberikan sesuguhan maka di harapkan mahluk tersebut tidak akan mengganggu para umat hindu yang akan melaksanakan bata nyepi,” ujarnya.