Monday, February 8, 2010
Demam Berdarah Membludak
Pasien demam berdarah (DB) setelah beberapa hari yang lalu sempat dirawat hingga menempati lorong-lorong, Senin (8/2) penyakit yang diakibatkan dari nyamuk aides aigepty in kembali mengalami peningkatan khusunya yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gambiran, hingga pihak RSUD mengalami kewalahan dalam menanganinya. Akibatnya sebagian dari mereka ditempatkan di salah satu ruang kantor RSUD Gambiran.
Hal tersebut diketahui saat Wali Kota Kediri Samsul Ashar melakukan inspeksi mendadak (sidak) k eRSUD Gambiran, setelah melihat ruang anak yang sudah penuh sesak, hingga 3 pasiennya terpaksa dirawat di luar, Samsul Ashar juga melihat lokasi kantor yang digunakan untuk merawat pasien DB.
Didalam ruang kantor yang sudah terlihat penuh tersebut, didalamnya terdapat pasien tidak hanya anak-anak, melainkan juga ibu-ibu yang terkena demam berdarah. “Lihat saja kan, demam berdarah itu tidak hanya mengenai anak-anak, tapi juga orang-orang dewasa,” kata Samsul ditemui saat sidak di RSUD Gambiran Kota Kediri, Senin (8/2).
Untuk itu wali kota yang juga dokter ini tidak henti-hentinya berpesan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan. “Kalau digigit nyamuk, segera dicablek (dipukul red.) biar nyamuknya mati tidak menyebar kemana-mana,” ujarnya.
Sementara itu data yang berhasil dihimpun dari dinas kesehatan Kota Kediri, Januari 2010 ini mengalami tren peningkatan jumlah penderita DB jika dibandingkan pada Januari 2009 yang lalu. Jika Bulan Januari 2009 yang lalu hanya 41 penderita, namun pada Januari 2010 ini sudah ditemukan 53 penderita. Atau setidaknya 12 penderita lebih baanyak jika dibandingkan Januari 2009.
Menanggapi temuan tersebut, Samsul Ashar mengaku, jika penyakit DB merupakan penyakit siklus tahunan, jadi terkadang tahun ini menurun, bisa juga naik. “Biasanya siklus 3 tahunan,dan tahun ini atau bulan ini merupakan puncak-puncaknya penyakit ini,” ungkapnya.
Saat disinggung pemindahan pasien DB ini ke Paviliun Wijaya Kusuma, Samsul mengaku jika Paviliun tersebut masih terkendala belum ada sarana dan prasarana. “Airnya belum ada ditempat itu, baru Jumat nanti akan kita launching,” ujarnya.
Hingga saat ini jumlah penderita DB yang dirawat di RSUD Gambiran terus bertambah, khusunya tiga bulan terakhir ini. Pada bulan Desember 2009 terdapat 20 pasien, Januari 2010 terdapat 30 pasien, dan hingga bulan Februari tanggal 8 ini sudah terdapat 18 pasien. “Kami terpaksa menggunakan kantor ini, karena memang sudah tidak ada tempat lagi,” kata Direktur RSUD Gambiran Sentot Imam Suprapto.
Namun demikian saat ini ruang yang mempunyai kapasitas 18 orang ini sudah penuh sesak, untuk itu pihaknya akan berkoordinasi dengan Rumah Sakit swasta untuk menampung pasien ini jika nantinya masih akan bertambah. “Sebenarnya kami tidak bisa menolak, tapi gimana lagi tempatnya sudah tidak ada,” kata Sentot.
Sementara itu, Sri Suciani (45) warga Mojoroto ini mengaku positif penderita DB dan langsung menjalani perawatan ditempatkan di ruang kantor bersama 17 pasien lainnya sejak Minggu (7/2) sore. “Saya masuk kemarin sore, dan langsung ditempattkan disini,” katanya singkat.
SMP/MTs Ikut Jeblok
Hasil mengecewakan try out ujian nasional (unas) SMA/MA di Kota Kediri 'menular' ke tingkat SMP/MTs. Ribuan siswa tak bisa memenuhi standar kelulusan 5,5. Dari 5.478 peserta, hanya 2.653 yang lulus. Sedangkan 2.825 atau 51,6 persen di antaranya tidak.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Kediri Edy Purnomo melalui Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Umi Laila, mereka tersebar merata di 39 SMP/MTs. Baik negeri maupun swasta. "Tidak ada satu sekolahan pun yang mampu meluluskan 100 persen siswanya," ujarnya.
Sebaliknya, lanjut Umi, ada sembilan sekolah swasta yang 100 persen siswanya tidak lulus. Yaitu SMP YBPK, SMP YBWPI, SMP PGRI IV, SMP Joyoboyo, SMP Mrican, SMP Airlangga, SMP Hasanuddin, serta SMP Terbuka I dan II.
Untuk diketahui, try out unas SMP/MTs digelar 1-4 Februari lalu. Mata ujiannya meliputi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, dan ilmu pengetahuan alam (IPA). Di antara mata pelajaran tersebut, kata Umi, matematika tetap menjadi 'momok'. Mayoritas siswa gagal di sana. Rata-rata nilai try out unas matematika hanya 4,62. Di bawah standar nilai minimal. "Saya tidak tahu mengapa matematika selalu menjadi momok bagi anak-anak," katanya.
Selain gagal pada matematika, Umi menduga, jebloknya hasil try out unas pertama itu karena siswa kurang siap. Sebab, hingga bulan ini, materi pelajaran belum terserap 100 persen. Sementara, bobot soal try out sudah dibuat sesuai standar unas sehingga mereka kesulitan. Faktor lain, siswa belum terbiasa mengerjakan soal unas. Maklum, uji coba ini baru pertama kali digelar.
Meski demikian, sambung Umi, hasil try out itu masih lebih bagus dibandingkan try out SMA/MA. Pada SMA, angka ketidaklulusannya mencapai 3.109 siswa atau 74,8 persen dari 4.155 peserta. "Masih lumayan lah," sambungnya.
Namun, dia tetap meminta semua pihak, mulai siswa, guru, hingga orang tua, untuk sama-sama memperbaiki. Sehingga hasil jeblok try out unas pertama tidak terulang dalam try out kedua. Harapannya, dalam unas sesungguhnya 29 Maret-1 April nanti, mereka benar-benar siap dan memperoleh hasil menggembirakan. "Siswa harus menyiapkan diri dengan baik jika tidak mau gagal pada unas yang sesungguhnya," katanya mengingatkan.
Secara terpisah, Kepala SMPN 1 Noto mengakui, dalam try out pekan lalu, siswanya belum bisa lulus 100 persen. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Di antaranya adalah bobot soal yang lebih berat dibanding unas. Selain itu, siswa belum siap untuk menghadapi. Maklum, baru uji coba yang pertama. "Biasa, kalau pertama ya seperti ini," akunya.
Diungkapkan Noto, dalam try out pekan lalu, ada enam dari 313 siswanya yang belum lulus. Jika dipersentase, angkanya hanya 1,9 persen. Itu pun, tiga di antaranya karena sakit sehingga tidak bisa mengikuti try out. "Sekali absen saja sudah tidak lulus," ungkapnya.
Meski demikian, Noto tetap akan memperbaiki semua kelemahan yang ada dalam try out pertama itu. Dia menargetkan, dalam try out kedua 15-18 Februari, siswanya bisa lulus seratus persen. Demikian pula dalam unas yang sesungguhnya nanti.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Kediri Edy Purnomo melalui Kabid Pendidikan Dasar (Dikdas) Umi Laila, mereka tersebar merata di 39 SMP/MTs. Baik negeri maupun swasta. "Tidak ada satu sekolahan pun yang mampu meluluskan 100 persen siswanya," ujarnya.
Sebaliknya, lanjut Umi, ada sembilan sekolah swasta yang 100 persen siswanya tidak lulus. Yaitu SMP YBPK, SMP YBWPI, SMP PGRI IV, SMP Joyoboyo, SMP Mrican, SMP Airlangga, SMP Hasanuddin, serta SMP Terbuka I dan II.
Untuk diketahui, try out unas SMP/MTs digelar 1-4 Februari lalu. Mata ujiannya meliputi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, dan ilmu pengetahuan alam (IPA). Di antara mata pelajaran tersebut, kata Umi, matematika tetap menjadi 'momok'. Mayoritas siswa gagal di sana. Rata-rata nilai try out unas matematika hanya 4,62. Di bawah standar nilai minimal. "Saya tidak tahu mengapa matematika selalu menjadi momok bagi anak-anak," katanya.
Selain gagal pada matematika, Umi menduga, jebloknya hasil try out unas pertama itu karena siswa kurang siap. Sebab, hingga bulan ini, materi pelajaran belum terserap 100 persen. Sementara, bobot soal try out sudah dibuat sesuai standar unas sehingga mereka kesulitan. Faktor lain, siswa belum terbiasa mengerjakan soal unas. Maklum, uji coba ini baru pertama kali digelar.
Meski demikian, sambung Umi, hasil try out itu masih lebih bagus dibandingkan try out SMA/MA. Pada SMA, angka ketidaklulusannya mencapai 3.109 siswa atau 74,8 persen dari 4.155 peserta. "Masih lumayan lah," sambungnya.
Namun, dia tetap meminta semua pihak, mulai siswa, guru, hingga orang tua, untuk sama-sama memperbaiki. Sehingga hasil jeblok try out unas pertama tidak terulang dalam try out kedua. Harapannya, dalam unas sesungguhnya 29 Maret-1 April nanti, mereka benar-benar siap dan memperoleh hasil menggembirakan. "Siswa harus menyiapkan diri dengan baik jika tidak mau gagal pada unas yang sesungguhnya," katanya mengingatkan.
Secara terpisah, Kepala SMPN 1 Noto mengakui, dalam try out pekan lalu, siswanya belum bisa lulus 100 persen. Hal ini disebabkan beberapa faktor. Di antaranya adalah bobot soal yang lebih berat dibanding unas. Selain itu, siswa belum siap untuk menghadapi. Maklum, baru uji coba yang pertama. "Biasa, kalau pertama ya seperti ini," akunya.
Diungkapkan Noto, dalam try out pekan lalu, ada enam dari 313 siswanya yang belum lulus. Jika dipersentase, angkanya hanya 1,9 persen. Itu pun, tiga di antaranya karena sakit sehingga tidak bisa mengikuti try out. "Sekali absen saja sudah tidak lulus," ungkapnya.
Meski demikian, Noto tetap akan memperbaiki semua kelemahan yang ada dalam try out pertama itu. Dia menargetkan, dalam try out kedua 15-18 Februari, siswanya bisa lulus seratus persen. Demikian pula dalam unas yang sesungguhnya nanti.
Subscribe to:
Posts (Atom)