Masyarakat saat berburu ikan mabok di aliran sungai brantas |
KEDIRI - Ratusan warga memadati tepi daerah aliran Sungai
Brantas di Kota Kediri,
Jawa Timur, Sabtu (30/3). Mereka berkerumun di bagian barat dan timur sungai
mulai Jembatan bandarngalim dekat Pasar Bandar, Jembatan Semampir Kota Kediri,
hingga disekitar Bendung Gerak Waru Tari Kabupaten Kediri.
Dalam tradisi Pladu (dibukanya
bendungan Karang Kates, Malang)
ini dilakukan setahun sekali, dan biasanya pada bulan-bulan Maret seperti
sekarang ini.
Kerumunan
warga dibawah terik matahari juga masih terlihat diutara Jembatan Semampir,
bahkan terkonsentrasi di sejumlah titik, antara lain anak Sungai Brantas di
dekat Stasiun Kereta Api Susuhan, Kecamatan Gampengrejo, dan Bendung Gerak Waru
Turi. Sebagian besar warga membawa peralatan menangkap ikan, seperti kail,
jala, sesek, perahu dan ada yang hanya menggunakan tangan kosong.
Di
antara ratusan warga, Wakhid Suyanto (32), warga Kelurahan Kaliombo, Kecamatan
Kota Kediri, sejak pukul 09.00. Dia bersama tetangganya Roni (29) membawa
sesek, semacam jaring kecil penangkap ikan, dan sebuah kantong plastik besar.
Tangan
Wakhid memegang sesek kuat-kuat, yang diarahkan ke sungai. Matanya menatap
tajam ke air sungai yang keruh, seolah ingin menembus ke dalam. Ia mengamati
pergerakan ikan-ikan yang terseret arus di sungai dengan konsentrasi penuh.
Ikan-ikan itu menggelepar seolah mabuk akibat dihantam arus air yang deras.
Dengan
cekatan, dia menciduk ikan-ikan yang mabuk itu ke dalam sesek. Di belakang
Wakhid, Roni berdiri memegang tas plastik erat-erat. Dengan sigap, ia memunguti
ikan-ikan yang terperangkap dalam sesek. Sesekali Roni juga ikut mencebur ke
sungai untuk menangkap ikan-ikan yang mengapung di semak-semak. Namun, ia tidak
berani ke tengah sungai, karena arus air sangat deras.
Demi mendapatkan ikan mabok, masyarakat rela berendam |
Walaupun
hanya mencari di pinggir sungai, jumlah ikan tangkapannya lumayan. “Tahun lalu
saya dapat 5 kilogram (kg). Semoga hari ini lebih banyak. Sekarang (sampai
tengah hari) kami sudah dapat lumayan, sekitar 3 kilogram,” katanya.
Beragam
jenis ikan yang ditangkap warga adalah bader, kutuk, tombro, dan rengkik. Ikan
yang paling diburu adalah rengkik karena ukurannya bisa sebesar lengan orang
dewasa. Selain itu, rasa dagingnya juga sangat gurih dan durinya mudah
dihilangkan.
Warga
Kediri yang tidak sempat menangkap ikan sendiri tidak perlu khawatir. Mereka
bisa membeli ikan tangkapan yang dijajakan di pinggir jalan mulai pukul 15.00.
Lasmini (30), penjual ikan,
mengatakan, ikan kecil dihargai Rp 5.000-Rp 10.000 per kg. Adapun ikan
berukuran besar laku dijual Rp 15.000 per kg.
Menurut
sejumlah warga, tradisi menangkap ikan di Sungai Brantas berlangsung sejak
puluhan tahun silam. Biasanya hal itu dilakukan sekali dalam setahun, saat
pintu air di waduk-waduk yang menampung aliran air Sungai Brantas dibuka.
Masyarakat menyebutnya tradisi Pladu.
Masyarakat
mengetahui jadwal Pladu dari siaran radio lokal atau kabar yang disampaikan
dari mulut ke mulut. “Rata-rata warga di Kediri
sudah punya firasat kapan waktunya Pladu,” ujar Sutrisno, warga Kelurahan
Bandar Lor. (*)