London - Sebuah survei terbaru menemukan bahwa seiring
melonjaknya penggunaan media sosial, perilaku yang kasar dan tidak sopan
pun meningkat.
Sikap kasar dan saling melempar hinaan merusak pertemanan di internet, dibuktikan oleh sebuah survei yang menunjukkan bahwa orang-orang semakin kasar di media sosial dan dua dari lima pengguna mengakhiri hubungan setelah pertengkaran virtual.
Dilansir VOA News, seiring melonjaknya penggunaan media sosial, survei tersebut menemukan bahwa perilaku kasar pun meningkat, dengan 78% dari 2.698 orang melaporkan peningkatan sikap kasar di internet dan orang-orang tidak ragu bersikap tidak sopan di dunia maya dibandingkan di dunia nyata.
Satu dari lima orang telah mengurangi pertemuan langsung dengan seseorang yang mereka kenal di dunia nyata setelah berhubungan di internet.
Joseph Grenny, salah satu direktur firma VitalSmarts yang melakukan survei tersebut mengatakan, perseteruan di internet sekarang sering merembet ke dunia nyata dengan 19% orang memblokir atau menghapus pertemanan seseorang dari jaringan media sosial mereka karena pertengkaran virtual.
"Dunia telah berubah dan sejumlah signifikan hubungan terbentuk di dunia maya namun kesopanan tidak berbanding lurus dengan teknologi," ujar Grenny saat merilis survei yang dilakukan selama tiga minggu pada Februari 2013 itu.
Yang cukup mengejutkan adalah begitu banyak orang tidak senang dengan perilaku ini namun orang-orang masih melakukannya.
"Mengapa Anda mencela-cela orang lain di internet namun tidak ke wajahnya secara langsung," lanjut Grenny.
Grenny mengatakan bahwa para responden survei memiliki kisah-kisah tersendiri seperti anggota keluarga yang tidak mau lagi berbicara setelah pertengkaran di internet ketika seorang pria memasang foto memalukan saudara perempuannya, menolak menghapuskannya, dan malah menyebarkannya ke semua kontak.
Ketegangan di tempat kerja juga seringkali berasal dari pembicaraan di forum perbincangan ketika para karyawan membicarakan kolega lain secara negatif.
"Orang-orang sepertinya sadar bahwa pembicaraan-pembicaraan penting seperti itu tidak seharusnya dilakukan di media sosial. Namun seperti ada dorongan untuk mengeluarkan emosi saat itu juga dan melalui kenyamanan situs-situs ini," ujar Grenny.
Grenny menyarankan tekanan sebaya diperlukan untuk mendorong perilaku yang benar di dunia maya jika orang berlaku di luar batas.
Ia mengatakan ada tiga aturan yang dapat memperbaiki perbincangan di internet, yaitu menghindari monolog, mengganti kata-kata yang malas dan menghakimi, serta tidak menyerang secara personal terutama jika emosi sedang naik.
“Ketika membaca respon terhadap tulisan Anda di internet dan Anda merasa pembicaraan menjadi terlalu emosional untuk pertukaran di dunia maya, Anda benar. Berhenti saja. Lakukan hal itu di dunia nyata, atau lebih baik lagi bicarakanlah secara face-to-face," pungkasnya. (sumber : inilah.com)
Sikap kasar dan saling melempar hinaan merusak pertemanan di internet, dibuktikan oleh sebuah survei yang menunjukkan bahwa orang-orang semakin kasar di media sosial dan dua dari lima pengguna mengakhiri hubungan setelah pertengkaran virtual.
Dilansir VOA News, seiring melonjaknya penggunaan media sosial, survei tersebut menemukan bahwa perilaku kasar pun meningkat, dengan 78% dari 2.698 orang melaporkan peningkatan sikap kasar di internet dan orang-orang tidak ragu bersikap tidak sopan di dunia maya dibandingkan di dunia nyata.
Satu dari lima orang telah mengurangi pertemuan langsung dengan seseorang yang mereka kenal di dunia nyata setelah berhubungan di internet.
Joseph Grenny, salah satu direktur firma VitalSmarts yang melakukan survei tersebut mengatakan, perseteruan di internet sekarang sering merembet ke dunia nyata dengan 19% orang memblokir atau menghapus pertemanan seseorang dari jaringan media sosial mereka karena pertengkaran virtual.
"Dunia telah berubah dan sejumlah signifikan hubungan terbentuk di dunia maya namun kesopanan tidak berbanding lurus dengan teknologi," ujar Grenny saat merilis survei yang dilakukan selama tiga minggu pada Februari 2013 itu.
Yang cukup mengejutkan adalah begitu banyak orang tidak senang dengan perilaku ini namun orang-orang masih melakukannya.
"Mengapa Anda mencela-cela orang lain di internet namun tidak ke wajahnya secara langsung," lanjut Grenny.
Grenny mengatakan bahwa para responden survei memiliki kisah-kisah tersendiri seperti anggota keluarga yang tidak mau lagi berbicara setelah pertengkaran di internet ketika seorang pria memasang foto memalukan saudara perempuannya, menolak menghapuskannya, dan malah menyebarkannya ke semua kontak.
Ketegangan di tempat kerja juga seringkali berasal dari pembicaraan di forum perbincangan ketika para karyawan membicarakan kolega lain secara negatif.
"Orang-orang sepertinya sadar bahwa pembicaraan-pembicaraan penting seperti itu tidak seharusnya dilakukan di media sosial. Namun seperti ada dorongan untuk mengeluarkan emosi saat itu juga dan melalui kenyamanan situs-situs ini," ujar Grenny.
Grenny menyarankan tekanan sebaya diperlukan untuk mendorong perilaku yang benar di dunia maya jika orang berlaku di luar batas.
Ia mengatakan ada tiga aturan yang dapat memperbaiki perbincangan di internet, yaitu menghindari monolog, mengganti kata-kata yang malas dan menghakimi, serta tidak menyerang secara personal terutama jika emosi sedang naik.
“Ketika membaca respon terhadap tulisan Anda di internet dan Anda merasa pembicaraan menjadi terlalu emosional untuk pertukaran di dunia maya, Anda benar. Berhenti saja. Lakukan hal itu di dunia nyata, atau lebih baik lagi bicarakanlah secara face-to-face," pungkasnya. (sumber : inilah.com)