Belum jelas berapa besaran anggaran yang sudah dipergunakan untuk melakukan eskavasi pada penemuan situs peninggalan ppurbakala ini, tim menyatakan anggaran untuk melakukan proses eskavasi sangat terbatas. Sehingga tim tersebut menyatakan terpakas harus menghentikan sementara proses yang ada.
Coordinator tim eskavasi BPCB Trowulan, Nugroho menyatakan, sejauh ini memang baru beberapa penemuan yang berhasli dilakukan oleh tim yang dipimpinnya. Hal tersebut menurut Nugroho diakibatkan minimnya ketrsediaan anggaran untuk meneruskan proses eskavsi pada lokasi tersebut. namun Nugroho menyatakan, timnya akan kembali melakukan eskavasi lanjutan. Akan tetapi, hal itu juga mempehatikan ketersediaan anggaran. “Yang jelas kami mengakui ada keterbatasan anggaran di kami untuk dapat melanjutkan proses eskavasi dilokasi ini. masalahnya kami juga harus berhitung tentang program lainnya. Karena bukan hanya di situs ini yang harus kami selamatkan. Ada program lain, mulai dari kontrol hingga pengamanan,” ungkap Nugroho
Untuk dapat melanjutkan proses yang ada, pihaknya mengaku butuh bantuan dari pihak pemerintah daerah setempat. Pasalnya, situs ini memang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Kediri. “kami akan sangat berterima kasih jika ada partisipasi dari pemerintah setempat, masalahnya sangat banyak yang harus kami selamatkan, sedang anggaran di kami sangat terbatas,” tambah Nugroho
Menurut Nugroho, sesuai dengan UU No 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Pemkab setempat harusnya memang memberikan dukungan atas pelestarian situs ini. “Sebenarnya anggaran yang dibutuhkan juga tidak terlalu besar. Senearnya untuk eskavasi selurunya paling tidak dibutuhkan sekitar 500 juta rupiah,” tambah nya.
Sementara, Plt. Kabag. Humas Pemkab Kediri saat dikonfirmasi terkai tal tersebut mengatakan, pihak pemkab belum memiliki anggaran khusus proses eskavasi. “sementara kita belum memiliki anggaran untuk itu. jika mau dianggarkan harus menunggu APBD Perubahan mendatang, “ Ujar Edhi
Terkait hasli eskavasi yang sudah dilakukan timnya, menurut Nugroho reruntuhan batu bata candi yang sudah berhasil di lakukan eskavasi terakhir berada di sisi selatan dari stupa yang diketemukan terlebih dahulu. Reruntuhan batu bata itu setinggi sekitar 1,5 meter dengan lebar sekita 1,6 meter dan panjang sekitar 2 meter. Namun dalam reruntuhan tersebut tim eskavasi belum menemukan arca ataupun peninggalan lain.
“sementara yang berhasil kita ungkap adalah berupa altar, dan reruntuhan batu bata yang kita duga merupakan bangunan candi. Yang jelas periodisasinya jika dilihat dari struktur batu bata yang ada sejaman yang berada Tondowongso, jadi bisa kita simpulkan jaman Kediri,” Ungkapnya. (*)
No comments:
Post a Comment