KEDIRI - Penderita TBC
(tuberkulosin) di Kabupaten Kediri tergolong cukup tinggi. Sesuai data,
penderita TBC di Kabupaten Kediri
menduduki nomor urut kedua di Jawa Timur, setelah Kabupaten Blitar. Namun
demikian, dari sekian banyak penderita TBC yang mencapai 1600-an penderita
dalam setahun. Dinas kesehatan Kabupaten kediri,
hanya mampu mendeteksi separonya atau sekitar 800an penderita.
Kasi
pemberatasan penyakit menular langsung (P2ML) Dinkes kabupaten Kediri Nur
Munawaroh mengatakan, banyaknya penderita TBC yang tidak terdata oleh dinas
kesehatan, karena ada beberapa factor. Diantaranya, masyarakat yang enggan
berobat ke puskemas terdekat atau lebih memilih ke rumah sakit swasta. “Ada kemungkinan, mereka
berobat ke rumah sakit swasta, makanya tidak bisa kami deteksi,” ujarnya.
Untuk
itu, pihaknya bekerja sama dengan
lembaga kesehatan Nahdhatul Ulama (LKNU) untuk mendeteksi penderita TBC
dimasing-masing kecamatan. “Makanya dengan adanya LKNU ini, bisa membantu kami
untuk mendeteksi TBC hingga pelosok desa,” ujarnya.
Menurutnya,
dengan adanya pengawasan oleh LKNU hingga tingkat kecamatan maupun pelosok desa.
Pihaknya berharap, LKNU bisa melakukan pengawasan bagi para penderita TBC teriutama
saat menjalani perawatan dengan minum obat secara teratur. Mengingat virus TBC sangat
berbahaya, karena mudah tertular. Bagi para penderita TBC, harus menjalani
perawatan dengan minum obat selama enam bulan berturut-turut. Bila penderita TBC
berhenti minum obat sebelum habis batas waktunya, bisa terjadi multy drug
resistance (MDR) atau kekebalan terhadap seluruh jenis obat pembasmi
bakteri tuberkolosis. “Jika sudah terjadi MDR, penderita harus dirujuk ke rumah
sakit dokter sutomo/ karena tidak bisa diobati di rumah sakit kabupaten kediri,” ujarnya.
Sekretaris LKNU Anggia
Ermarini, mengatakan Kediri
dipilih sebagai lokasi peluncuran dan pelaksanaan program Cepat LKNU karena
memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain
di Jawa Timur. Catatan ini menjadikan Kediri
memiliki potensi yang lebih tinggi untuk penyebaran Tuberculosis. “Tuberculosis
itu penularannya lebih mudah dibandingkan dengan HIV/Aids, karena hanya dengan
berhadap-hadapan seperti ini saja sudah bisa menular. Sehingga daerah yang
memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, kemungkinan Tuberculosis menyebar juga
tinggi," kata Anggi setelah acara peluncuran program di salah satu Hotel di
Kota Kediri,
Senin (8/4).
Catatan yang didapatkan petugas lapangan LKNU menunjukkan, di awal tahun 2013 sudah ditemukan 3 penderita Tuberculosis di Kabupaten Kediri yang meninggal dunia. Sementara penderita yang berstatus DO (Drop Out), yaitu memilih berhenti mengkonsumsi obat sebanyak 1 orang. Penderita kambuh sebanyak 2 orang, dan 3 lainnya masih tercatat menjalani perawatan. “Selain di Kediri, program Cepat LKNU juga akan dijalankan di Blitar," tambah Anggi. (*)
Catatan yang didapatkan petugas lapangan LKNU menunjukkan, di awal tahun 2013 sudah ditemukan 3 penderita Tuberculosis di Kabupaten Kediri yang meninggal dunia. Sementara penderita yang berstatus DO (Drop Out), yaitu memilih berhenti mengkonsumsi obat sebanyak 1 orang. Penderita kambuh sebanyak 2 orang, dan 3 lainnya masih tercatat menjalani perawatan. “Selain di Kediri, program Cepat LKNU juga akan dijalankan di Blitar," tambah Anggi. (*)
No comments:
Post a Comment