Monday, March 7, 2011

Pelajar Gasak Tiga Blok Rem Kereta Api

KEDIRI,YW (16), pelajar SMK di wilayah Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk kini harus berurusan dengan pihak yang berwajib. Pemuda yang tinggal bersama ayah tirinya di Jalan Juwono, Desa Drenges Krajan, Kecamatan Kertosono itu terbukti mencuri tiga blok rem Kereta Api (KA).

Kini YW tengah mendekam di sel tahanan Mapolsek Kota Kediri. Pelajar kelas I itu terancam dikeluarkan dari sekolahnya. Sebab, polisi akan tetap memproses YW sesuai dengan hukum yang berlaku. Pemuda yang ditinggal kedua orang tuanya sejak kecil ke Jakarta tersebut dijerat dengan pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan.

Ketika ditemui di Mapolsek Kota Kediri, YW mengaku, mencurian tiga blok rem kereta api dari besi itu seorang diri. “Tidak untuk apa-apa. Saya hanya berkeinginan membawanya pulang,” akunya, Senin (7/3)

Tiga blok besi tua itu ia ambil dari bawah kereta api di Stasion Kereta Api Kota Kediri. Awalnya, YW berniat main ke Pasar Raya Sri Ratu (SR) bersama Alip (17), kakak kelasnya.

Setelah turun dari kereta, mereka langsung pergi ke pusat perbelanjaan ternama di Kota Kediri itu. Setelah satu jam bermain di Pasar Raya Sri Ratu, mereka pun memutuskan untuk pulang ke Kertosono.

YW pergi ke stasiun lebih dahulu. Sementara, temannya Alip masih berada di SR. Pada saat berada di stasiun, YW melihat ada tiga blok rem kereta api yang tergetak. Tiga barang milik PT Kereta Api Indonesia itu kemudian dia ambil lalu dimasukkannya ke dalam tas.

Setelah itu, YW menghubungi Alip, agar segera ke stasiun karena Kereta Api Brantas hendak berangkat. “Kami diminta segera naik kereta api oleh petugas. Jadi, kami tidak sempat membeli tiket,” imbuh YW.

Sesampainya di daerah Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, petugas kereta api melakukan pemeriksaan tiket. YW dan Alip yang tidak sempat membeli kebingungan. Mereka langsung mengaku bahwa tidak sempat membeli tiket.

Petugas memeriksa barang bawaan keduanya. Alangkah terkejutnya, saat melihat ada tiga blok rem kereta api di dalam tas milik YW. Keduanya langsung diserahkan ke Mapolsek Kertosono. Tetapi, karena TKP pencurian itu berada di Stasiun Kereta Api Kota Kediri, keduanya dilimpahkan ke Mapolsek Kota Kediri.

Kanit Reskrim Polsek Kota Kediri AKP Sucipto menuturkan, kasus pencurian tiga blok rem kereta api itu atas laporan Suburdi (55), petugas bagian peralatan PT KAI asal Jalan Kiai Boto, Kelurahan Bujel, Kecamatan Mojoroto. “Berkas perkaranya segera kami selesaikan,” pungkasnya.

Belasan Gepeng Kembali Diamankan


KEDIRI – Meski sering dilakukan rasia terhadap gelandangan dan pengemis (gepeng) oleh dinas social tenaga kerja dan trensmigrasi (Dinsosnakertran), namun tidak membuat jera mereka. Sementara Dinsosnakertran sendiri terkesan, hanya menertibkan dan diberi pembinaan, setelah itu dipulangkan.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinsosnakertran Kota Kediri Mochmmad Ivantoro mengaku, jika para gepeng itu sengaja didrop ke Kota Tahu dan diduga dikendalikan oleh sindikat perdagangan manusia (trafficking). “Kemarin malam kita melihat langsung sebuah pick up menurunkan sebanyak sembilan orang gelandangan. Sehingga Satpol PP melakukan operasi. Ternyata memang benar, mereka tidak memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk) Kediri,” kata Mochmmad Ivantoro, ditemui disela rasia gepeng, Senin (7/3).

Dalam rasia siang itu, petugas Satpol PP berhasil mengamankan 15 gepeng, sementara dua orang gelandangan yang terdiri dari ibu dan anaknya menolak diangkut petugas. Bahkan, keduanya sempat menangis histeris. Sampai akhirnya, petugas Satpol PP Kota Kediri yang berjumlah sebanyak 20 orang membiarkan mereka. Kejadian ini berlangsung di Jalan Patimura, Kota Kediri.

Selain di Jalan Patimura, razia gelandangan dan pengemis juga digelar di sejumlah titik keramaian. Diantaranya, Jalan HOS Cokroaminoto dan Basuki Rahmad, Kota Kediri. Mereka yang diangkut dalam mobil petugas berusia antara 40-70 tahun. “Mereka kita bawa ke Dinas Sosial untuk kita lakukan pembinaan. Sebagian dari mereka akan kita kirim ke luar daerah. Yaitu, bagi mereka yang sudah tidak bisa kita toleransi,” terang mantan Kepala Satpol PP Kota Kediri ini.

Kendati jumlah gepeng yang bertebaran di wilayah Kota Kediri cukup banyak. Namun, Ivantoro menolak jika disebut penanganan masalah sosial tersebut gagal. Alasannya, persoalan tersebut merupakan dinamika. Apalagi, para gelandangan dan pengemis yang beroperasi di Kota Tahu berasal dari luar daerah

Saat ini Satpol PP Kota Kediri tengah menyelidiki dugaan bahwa para gelandangan dan pengemis yang sengaja di dropping ke Kota Kediri tersebut dikendalikan oleh seorang sindikat atau mafia. Jika indikasi itu memang benar, tidak menutup kemungkinan Satpol PP akan berkoordinasi dengan Kepolisian Resort Kediri Kota untuk mengungkap secara bersama-sama.