Monday, February 18, 2013

Ditiggal Mati Sang Istri, Kakek 90 Tahun Gantung Diri


Kediri – Diduga depresi gara-gara ditinggal mati oleh istrinya, Suyono (90) warga Dusun Tepus, Desa Sukorejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur ditemukan tewas gantung diri di blandar kamarnya. Senin (18/2). Sebelum ditemukan tewas gantung diri, sekitar 3 hari yang lalu korban mengutarakan niatnya untuk mengakhir hidup dengan gantung diri pada salah seorang cucuknya.

Kejadian gantung diri yang dilakukan sang kakaek dilakukan sekitar pukul 12.00 Wib. Kejadian itu pertama diketahui oleh Satria Sari (27) cucu korban, saat hendak mencari anaknya yang bernama Abi,1,5, yang terlihat main di dalam kamar korban. Saat masuk kamar sang kakek, Satria dikejudkan dengan tubuh kakeknya yang sudah tergelantung dengan seutas tali di belandar kamar. Teriakan histeris Satria yang melihat kejadian itu membuat warga sekitar mendatangi lokasi.

Beberapa warga sekitar yang juga mengetahui kejadian itu akhirnya melaporkan kejadian ini ke perangkat Desa setempat dan diteruskan melapor ke Polsek Gampengrejo. Petugas kepolisian yang mendapat laporan langsung mendatangi TKP berikut petugas Puskesmas setempat untuk melakukan pemeriksaan kondisi mayat korban. Dari pemeriksaan, tidak ditemukan tanda penganiayaan pada tubuh korban. Korban diperkirakan murni gantung diri, hal ini diperkuat dengan keluarnya sperma dari alat vital serta kotoran korban dari dubur korban.

Menurut keterangan Wulandari (37) salah seorang cucu korban, 3 hari yamg lalu kakeknya pernah mengutarakan keinginannya untuk bunuh diri. Wulandari mengatakan sejak ditinggal mati neneknya, kakek ini sering bertingka aneh seperti orang yang kena depresi. “sejak sepeninggal nenek, sekitar 8 bulan lalu kakek terlihat aneh, sepertinya kena depresi,”ujarnya

Kasie Humas Polsek Gampengrejo, Aiptu Prastara mengatakan, kejadian tersebut nurni gantung diri. Hal tersebut menurut Prastara diperkuat dengan hasil pemerikasaan medisk pada tubuh korban. "Tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan di tubuh korban, ini sesuai dengan hasli pemeriksaan medis. Motif gantung diri yang dilakuan korban diduga akibat depresi setelah ditinggal mati oleh istrinya sekitar 8 bulan lalu,” ungkapnya. (*)

Diduga Pemkab Kediri Lindungi Minimarket


Kediri – Berdirinya supermarket di kawasan Simpang Lima Gumul, (SLG) Kabupaten Kediri, Jawa Timur dinilai beberapa kalangan tercium bau konspirasi busuk. Mereka juga menial penguasa kabupaten Kediri gagal menarik inestasi ke kawasan itu.

Salah seorang Aktivis Himpunan Pedang Pasar Indonesia (HPPI) Kabupaten Kediri, Abdul Karim menyatakan, masuknya salah seorang pemodal besar dikawasan SLG akan mematikan perdagangan yang sudah lama ,dirintis oleh para pedagang kaki lima (PKL) di kawasan tersebut. padahal menurut Abdul Krim, para PKL dikawasan itu dulunya diundang sendiri oleh pihak pemerintah daerah.

Namun setelah para PKL ini mulai merangkak bangkit, Abdul Karim melihatnya justru pemerintah daerah Kabupate Kediri mendatangkan para pemodal besar ujntuk berbisnis di kawasan itu. prilaku pemerintah daerah myang demikian dinilainya menjunjukan pemkab Kediri tidak memiliki fisi pembangunan yang jelas terhadap sebuah kawasan.

Abdul Karim curiga bahwa terdapat konspirasi busuk antara para penguasa di Kabupaten Kediri dengan paraa pemodal untuk ikut meraup keuntungan di kawasan itu. “Aroma konspirasi busuk antara pengausa Kabupaten Kediri dengan para pemodal jelas sekali terlihat. Kita hatu salaam ini penguasa daerah acapkali ikut megeruk keuntungan dari bisnis yang berdiri di Kabupaten Kediri, terlebih di Kawasan SLG. Semua orang tahu siapa pemilik waterboom di SLG, Keluarga Bupati kan?” Ungkap Abdul Karim.

Hal senada juga di nyatakan oleh Khoirul anam, salah seorang aktivis Lamaga Swadaya masyarakat di Kabupaten Kediri. Khoirul Anam menilai bahwa pemkab Kediri gagal membangun kasawasan SLG sebagaimana disain awal. Menururut Khoirul, investasi yang dtanam oleh pemkab Kediri dikawasan itu tidak membuahkan hasil sama sekali. Ibarat orang mengkail menurut Khoirul Pemkab Kediri sedang mengkail ikan nila dengan umpan seekor sapi. “Berapa uang rakyat yang sudah dihamburkan oleh pengausa Kabupaten Kediri, ini terjadi diantaranya di Kawasan SLG. Menurut saya terlalu gede umpannya, padahal yang akan dikail adalah cuman ikan nila,” ujar Khoirul

Sementara disayangkan hingga kini pihak Pemkab Kediri belum dapat di Konfirmasi. Plt Kabag Humas Kabupaten Kediri Edhi Purwanto saat di hubungi nomor Hpnya tidak pernah diangkat. (*)

Tiang Pancang Jembatan Brawijaya Geser 1 Meter


KEDIRI – Sedikit demi sedikit Mega proyek pembangunan Jembatan Brawijaya Kota Kediri, Jawa Timur mulai menjadi sasaran untuk dicari kesalahan. Selain bangunan senilai Rp 66 milyar tersebut kini tengah disidik Polres Kediri Kota atas dugaan dijadikan ajang korupsi, ternyata juga diindikasi menyalahi besaran tehnik (bestek). Tiang pancang jembatan nomor tiga bergeser lebih dari 1 meter dari rencana awal.

Akibat dari pergeseran tiang pancang tersebut, sisi keamanan jembatan bernilai Rp 66 miliar itu menjadi diragukan. Selain itu, gelagar jembatan dari cetakan beton seharga kurang lebih Rp 8 miliar dapat dipastikan mubadzir alias tidak bisa dipergunakan.

Mengapa demikian? Sebab, bentang antara tiang pancang kedua dengan tiang pancang ketiga menjadi bertambah lebar yakni, sepanjang 51 meter. Karena bertambah lebar, sudah barang tentu gelagar yang telah dipesan tersebut tidak mampu menjangkau.

Pergeseran tiang pancang jembatan yang membentang diatas Sungai Brantas itu diketahui dari hasil inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan jajaran kepolisian Polres Kediri Kota bersama Dinas Pekerjaan Umum (PU) setempat

Pihak Polres Kediri Kota curiga, pergeseran tiang pancang tersebut bakal mempengaruhi kualitas jembatan. Selain itu ada dugaan kesengajaan oleh pihak penyelenggara proyek. “Sampai saat ini, kami terus melakukan pengumpulan bahan keterangan serta memanggil saksi ahli bidang konstruksi bangunan. Bagaimana pengaruh pergeseran itu dengan kualitas jembatan dan indikasi-indikasi pelanggaran lainnya,” ujar Kapolres Kediri Kota AKBP Ratno Kuncoro, Senin (18/02/2013)

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kasenan mengatakan, pergeseran tiang pancang jembatan terjadi karena di dasar sungai ada bekas kayu tunggak. Akibatnya, petugas proyek kesulitan menancapkan paku bumi di titik awal tiang pancang

“ Karena sulit menancapkan paku bumi, sehingga harus menggeser agak ke barat sekitar satu meter dari titik awal. Pergeseran itu tida mempengaruhi kualitas dan kekuatan jambatan,” kata Kasenan yang juga salah satu tersangka mega proyek multi years selama tiga tahun itu.

Wahyudi, ahli teknik pembangunan mengatakan, pergeseran tiang pancang jembatan pasti akan berpengaruh terhadap kualitas jembatan yang dihasilkan. Apalagi, jika paku bumi tidak bisa menancapkan secara maksimal sesuai rencana.

“ Kabar yang saya terima, tiang pancang nomor dua dari barat Jembatan Brawijaya memang bergeser sekitar 115 sentimter. Kemudian paku buminya hanya bisa menancap setengah dari rencana awal yaitu, sekitar 9 meter. Padahal seharusnya sampai 18 meter. Karena tiang pancangnya bergeser, tentunya gelagar yang akan dipasang diatasnya tidak dapat menjangkau,” ujar Wahyudi menjelaskan.

Berdasarkan perhitungannya, nilai gelagar yang membentang antara satu tiang pancang dengan tiang pancang lainnya pada proyek pembangunan Jembatan Brawijaya sekitar Rp 8 miliar. Gelagar yang sudah dipesan itu tidak bisa dimanfaatkan karena kurang panjang.

“ Karena pergeseran itu, maka harus kembali pesan. Padahal, mulai dari cetak hingga gelagar itu bisa dipergunakan, sedikitnya membutuhkan waktu enam bulan. Sudah pasti, proyek itu akan molor dari waktunya,” jelas pria yang juga kontraktor proyek bernilai besar itu menjelaskan.

Hingga saat ini pihak kepolisian terus menyidik kasus dugaan korupsi Jembatan Brawijaya. Polisi sudah menetapkan dua orang tersangka masing-masing Kadis PU Kasenan serta Wiyanto, selaku Ketua Panitia lelang proyek. (*)