Sunday, March 10, 2013

Sambut Nyepi, Gelar Upacara Ogoh-Ogoh


KEDIRI – Menyambut datangnya hari raya Nyepi, umat Hindu di Kabupaten Kediri, Jawa Timur melakukan serangkaian upacara keagamaan. Setelah upacara Melasti yang sudah diselenggarakan pada Sabtu, (9/3) kemarin, berbagai kesibukan juga mulai tampak untuk mempersiapkan upacara Ogoh-ogoh yang akan di lakukan pada Senin, (11/3) besok. Salah satu diantaranya persiapan patung yang akan diarak dalam upacara tersebut.

Sebagaimana kesibukan yang tampak di Desa Sekaran, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Anak-anak dan para pemuda yang beragama Hindu tampak sibuk menyelesaikan patung yang akan mereka arak dalam upacara Ogoh-ogoh besok. Di kabuapten Kediri, upacara Ogoh-ogoh akan di laksanakan di pertigaan garuda Kota Pare. Disamping itu, para umat Hindu juga akan melakukan upacara serupa di Pure desa mereka masing-masing.

Menurut Ketut Widiatmoko salah satu ketua pemuda Hindu di Desa Sekaran, dirinya dan seluruh teman-temannya sudah mempersiapkan upacara Ogoh-ogoh sejak sekitar 1 bulan yang lalu. Untuk upacara besok, dirinya dan temann-temannya di beri tanggung jawab untuk membuat 2 patung raksasa sebagai pelengkap upacara. “Ini tahun ketiga saya di percaya membuat dua patung untuk perlengkapan upacara Ogoh-ogoh. Sebelumnya saya dan teman-teman hanya di percaya membuat satu patung saja,” ujar Ketut, Sabtu, (9/3)

Patung itulah yang dipersiapkannya sejak satu bulan lalu. Menurut Ketut, patung yang di biuatnya kali ini adalah patung Reksa Dursasana dan salah satu patung perwujutan bangsa jin yang menurutnya selalu mengganggu manusia. Menurut Ketut, Reksa Dahana adalah gambaran dari seorang raksasa yang memiliki kekuasaan, namun miliki sifat suka menindas pada rakyatnya. Sedangkan jin adalah bangsa halus dari alam lain yang pekerjaannya mengganggu dan menjerumuskan umat manusia. “Makanya setelah upacara nanti patung-patung ini harus di bakar,” jelasnya

Patung yang masing-masing memiliki tinggi sekitar 3 meter dengan lebar sekitar 2 meter ini terbuat dari kerangka bamboo dan kertas sebagai lapisan luarnya. Sedang lapisan dalam patung, dia biuat dari jerami kering. “membuatnya cukup lama karena kita membutuhkan jeramii yang sangat kering, agar lebig ringan ketika diarak nantinya dan juga mudah dibakar setelah itu. Selain itu untuk membuat kerangka juga butujh ketelatenan,” tambah Ketut

Tidak kalah dengan para pemudanya, anak-anak di Desa Sekaran juga melakukan hal yang sama. Anak-anak yang di pimpin oleh Putu Aditya, 13, juga membuat 2 patung perwujutan raksasa jahat. Kali ini ketut dan teman-temannya membuat patung Kala Kuning dan salah satu patung perwujutan bangsa jin lainnya yang juga sering mengganggu manusia.

Nantinya patung itu juga akan di arak keliling desa sebagaiman patung yang di buat oleh para pemuda trsebut. Berbeda dengan ukuran yang di buat para pemuda yang membuat patung dengan ukuran besar, para anak-anak ini membuat patung dengan ukuran lebih kecil. Tinggi patung yang di buat sekitar 2 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. (*)

Jenis – jenis Dzikir


Ada pelajaran yang amat menarik dari Ibnul Qayyim rahimahullah. Dalam kitab beliau Al Wabilush Shoyyib, juga kitab beliau lainnya yaitu Madarijus Salikin dan Jala-ul Afham dibahas mengenai berbagai jenis dzikir. Dari situ kita dapat melihat bahwa dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir seperti tasbih (subhanallah), tahmid (alhamdulillah) dan takbir (Allahu akbar) saja. Ternyata dzikir itu lebih luas dari itu. Mengingat-ingat nikmat Allah juga termasuk dzikir. Begitu pula mengingat perintah Allah sehingga seseorang segera menjalankan perintah tersebut, itu juga termasuk dzikir. Selengkapnya silakan simak ulasan berikut yang kami sarikan dari penjelasan beliau rahimahullah.

Dzikir itu ada tiga jenis:

Jenis Pertama:

Dzikir dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji, mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.

Dzikir jenis ini ada dua macam:

Macam pertama: Sekedar menyanjung Allah seperti mengucapkan “subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar”, “subhanallah wa bihamdih”, “laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir”.

Dzikir dari macam pertama ini yang utama adalah apabila dzikir tersebut lebih mencakup banyak sanjungan dan lebih umum seperti ucapan “subhanallah ‘adada kholqih” (Maha suci Allah sebanyak jumlah makhluk-Nya). Ucapan dzikir ini lebih afdhol dari ucapan “subhanallah” saja.

Macam kedua: Menyebut konsekuensi dari nama dan sifat Allah atau sekedar menceritakan tentang Allah. Contohnya adalah seperti mengatakan, “Allah Maha Mendengar segala yang diucapkan hamba-Nya”, “Allah Maha Melihat segala gerakan hamba-Nya, “tidak mungkin perbuatan hamba yang samar dari penglihatan Allah”, “Allah Maha menyayangi hamba-Nya”, “Allah kuasa atas segala sesuatu”, “Allah sangat bahagia dengan taubat hamba-Nya.”

Dan sebaik-baik dzikir jenis ini adalah dengan memuji Allah sesuai dengan yang Allah puji pada diri-Nya dan memuji Allah sesuai dengan yang Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji-Nya, yang di mana ini dilakukan tanpa menyelewengkan, tanpa menolak makna, tanpa menyerupakan atau tanpa memisalkan-Nya dengan makhluk.

Jenis Kedua:

Dzikir dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah.

Dzikir jenis ini ada dua macam:

Macam pertama: Mengingat perintah dan larangan Allah, apa yang Allah cintai dan apa yang Allah murkai.

Macam kedua: Mengingat perintah Allah lantas segera menjalankannya dan mengingat larangan-Nya lantas segera menjauh darinya.

Jika kedua macam dzikir (pada jenis kedua ini) tergabung, maka itulah sebaik-baik dan semulia-mulianya dzikir. Dzikir seperti ini tentu lebih mendatangkan banyak faedah. Dzikir macam kedua (pada jenis kedua ini), itulah yang disebut fiqih akbar. Sedangkan dzikir macam pertama masih termasuk dzikir yang utama jika benar niatnya.

Jenis ketiga:

Dzikir dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang Allah beri.

Dzikir dengan Hati dan Lisan

Dzikir bisa jadi dengan hati dan lisan. Dzikir semacam inilah yang merupakan seutama-utamanya dzikir.

Dzikir kadang pula dengan hati saja. Ini termasuk tingkatan dzikir yang kedua.

Dzikir kadang pula dengan lisan saja. Ini termasuk tingkatan dzikir yang ketiga.

Sebaik-baik dzikir adalah dengan hati dan lisan. Jika dzikir dengan hati saja, maka itu lebih baik dari dzikir yang hanya sekedar di lisan. Karena dzikir hati membuahkan ma’rifah, mahabbah (cinta), menimbulkan rasa malu, takut, dan semakin mendekatkan diri pada Allah. Sedangkan dzikir yang hanya sekedar di lisan tidak membuahkan hal-hal tadi.

Pelajaran

Jika kita perhatikan dengan seksama apa yang disampaikan oleh Ibnul Qayyim di atas, dapat kita simpulkan bahwa duduk di majelis ilmu yang membahas bagaimana mengenal Allah melalui nama dan sifat-Nya, bagaimana mengetahui secara detail hukum-hukum Allah berupa perintah dan larangan-Nya, itu semua termasuk dzikir. Bahkan jika sampai ilmu itu membuahkan seseorang bersegera taat pada Allah dan menjauhi larangan-Nya, itu bisa menjadi dzikir yang utama sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim sebagai fiqih akbar. Namun jika sekedar mengilmuinya saja, itu pun sudah termasuk dzikir. Itu berarti bukan suatu hal yang sia-sia jika seseorang berlama-lama duduk di majelis ilmu untuk mendengarkan nasehat para ulama yang di mana di dalamnya dibahas hal yang lebih detail tentang Allah, dibahas pula berbagai perintah dan larangan-Nya. Ini sungguh merupakan dzikir yang amat utama.

Semoga Allah menganugerahkan pada kita semangat dan keistiqomahan untuk terus belajar dan tidak lalai dari dzikir pada-Nya.

Dari artikel Mengenal Jenis Dzikir — Muslim.Or.Id by null