Saturday, February 2, 2013

Dugaan Penyelewengan Raskin, 46 Lurah akan Diperiksa

KEDIRI - Guna melanjutkan penyelidikan dugaan penyelewengan pendistribusian beras untuk warga miskin (raskin), Petugas Polres Kediri Kota, Jawa Timur dalam beberapa hari terakhir ini akan memanggil 46 kepala kelurahan yang ada di kota kediri secara bergiliran.

Kasubag Humas Polres Kediri Kota AKP Surono mengatakan, hingga saat ini polisi telah memeriksa sekitar 15 kepala Kelurahan di Kota Kediri, terkait pembagian Raskin di wilayah Kota Kediri. “Karena jumlah penyidik yang terbatas, maka para kepala kelurahan akan diperiksa secara bergiliran,” ujarnya.

Mereka dipanggil, kata Surono untuk dimintai keterangan tentang pendistribusian raskin selama ini diwilayah mereka masing-masing. “Karena mereka yang mengetahui kondisi di lapangan tentang pendistribusian raskin,” ujarnya.

Surono menambahkan, untuk sementara waktu belum bisa menyimpulkan hasil perkembangan dugaan penyelewengan pendistribusian raskin, karena masih dalam proses penyelidikan tim penyidik. “Karena masih dalam tahap proses penyelidikan, maka kami belum bisa menjelaskannya,” ungkapnya.

Untuk diketahui, polisi melakukan pengusutan distribusi raskin ini setelah ditemukan ada seorang warga yang nekat mau bunuh diri karena tidak mempunyai beras dan tidak pernah mendapatkan raskin. Bahkan, dalam hal ini, pihak kepolisian juga sudah memintai keterangan RT dan RW se-kota Kediri.

Kota 7 Titik Rawan Banjir, Kabupaten 8 Kecamatan



KEDIRI - Tim Taruna tanggap bencana (Tagana) Kota Kediri, Jawa Timur mencatat ada 7 titik rawan banjir dan longsor, yang tersebar di tiga wilayah kecamatan. 7 titik rawan bencana meliputi kelurahan Kaliombo, Manisrenggo, Bawang, Dandangan, Pakelan, Pocanan, dan kelurahan Ngampel, serta kelurahan Dermo

Sekretaris Tagana Kota Kediri Eko Suprayitno mengatakan, kerawanan banjir terjadi selain karena kiriman air dari dataran lebih tinggi di luar kota kediri, juga disebabkan saluran yang masih kurang maksimal menampung debit air. “Terkadang banyak sampah yang menhambat saluran air, makanya terjadi penyempitan dan mengakibatkan banjir,” ujarnya.

Selain itu, penyempitan saluran air juga disebabkan adanya penanaman kabel yang berada di saluran air serta pemasangan papan reklame. “Banyak juga pondasi papan reklame terkadang juga menghambat saluran air dibawah tanah, serta kabel-kabel yang diletakkan disaluran air,” ujarnya.

Eko menambahkan, selain banjir, bencana lain yang rawan terjadi adalah tanah longsor, puting beliung, hingga kebakaran. Wilayah yang berpotensi tanah longsor di kelurahan Pojok dan Banjarmlati. Sementara rawan puting beliung di kelurahan banaran. Sesuai pemetaan Tagana, kawasan rawan kebakaran adalah daerah yang juga rawan banjir, karena padat penduduk.

Sementara itu di Kabupaten Kediri, Pemerintah Kabupaten Kediri, menyatakan, 8 kecamatan dari 26 kecamatan di kabupaten itu masuk ke wilayah rawan bencana alam, khususnya tanah longsor dan banjir bandang. Kerawanan itu terjadi karena posisinya berada di pegunungan. Kedelapan wilayah itu meliputi Kecamatan Mojo, Semen, Banyakan, Grogol, Tarokan, Kepung, Puncu, serta Kecamatan Kandangan.

Pelaksana Teknis Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri, Edy Purwanto mengatakan, saat ini pihaknya terus mengupayakan peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengetahui tanda-tanda timbulnya bencana alam sebagai deteksi dini. “Peningkatan pengetahuan masyarakat terus kita tingkatkan,” kata Edy Purwanto, Sabtu (2/2).

Selain itu, menurut Edy, pemerintah juga terus melakukan sosialisasi gerakan kesadaran yang bertujuan mendidik masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan, terutama lingkungan terkecil, yaitu di sekitar tempat tinggal masing-masing.

Pemerintah, menurutnya, juga menyiapkan dana kebencanaan sebesar Rp 2 miliar yang dianggarkan setiap tahun. “Untuk penggunaan anggarannya disesuaikan kondisi,” imbuhnya.

Untuk diketahui, tanah longsor longsor di Desa Belimbing, Kecamatan Mojo. Selain menimpa rumah, longsoran itu juga menutup akses jalan sehingga membuat desa tersebut terisolasi. Meskipun tidak ada korban jiwa, kerugian materil diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah.

Selain itu, bencana alam juga menyebabkan Jalur alternativ yang menghubungkan wilayah Kediri, Jawa Timur dengan Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek terputus, karena Jembatan Mondo di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri ambrol. Pihak kepolisian dan dinas terkait melarang kendaraan bertonase besar melintas, sebab jalur transportasi dialihkan ke permukiman warga. (*)