Monday, April 4, 2011

Demo Mahasiswa STAIN, Diwarnai Aksi Provokasi


KEDIRI, Seorang mahasiswa diadili didepan khalayak mahasiswa lainnya, Senin (4/4) pagi kemarin. Pasalnya, dirinya dianggap menjadi provokator disaat mahasiswa lainnya sedang berunjukrasa.

Mahasiswa tersebut adalah Zainur Rohman, mahasiswa tingkat VI jurusan Ekonomi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri, Jawa Timur. Dirinya sampai diarak dan kemudian di paksa untuk menjelaskan maksud dan tujuannya yang telah bertindak melenceng terhadap aksi yang tengah dilakukan mahasiswa STAIN lainnya yang sedang mendemo kampusnya. “Ayo cepat, jelaskan kepada kami. Kenapa kamu melakukannya. Kamu dibayar berapa?,” teriak massa mahasiswa yang jengkel kepadanya.

Terang saja Zainur Rahman di perlakukan seperti itu, pasalnya dirinya memasang poster yang bernuansa provokatif di tengah aksi unjukrasa puluhan mahasiswa lainnya. Dalam poster yang ia tempel di papan pengumuman dan kaca kantor dekat aksi yang sedang berlangsung, berisi tudingan bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa adalah bayaran dari beberapa oknum dosen. “Saya menemukan kertas (poster,red) itu di ruang Student Center, lalu saya tempel. Saya bersumpah bahwa saya tidak tahu siapa penulisnya,” ujar Zainurahman di atas meja kuliah yang difungsikan sebagai panggung.

Zainur terus mencoba berkelit, bahkan dirinya juga menyangsikan dugaan ijazah palsu. Sontak hal itu menambah panas suasana. Beruntung Kasubag Administrasi dari kampus yang terletak di jalan Sunan Ampel tersebut maju ke panggung.

Yanuar, Kasubag Administrasi kepada massa mengakui bahwa dirinya memang pernah diperintah oleh Subakir untuk membuat ijazah yang di persoalkan. Dirinya juga mengakui jika waktu itu tidak kuasa untuk menolaknya. “Saya memang pernah di suruh untuk membuat ijazah itu. Sebagai bawahan, saya tidak kuasa menolaknya. Orang yang diberikan ijazah pernah berjasa terhadap pak Bakir,” pengakuan Yanuar yang langsung disambut riuh massa.

Setelah adanya testimoni tersebut, Zainur lalu diarak di sekitaran kampus. Oleh massa, dirinya dipaksa untuk mendatangi dan meminta maaf kepada nama-nama yang tertera di poster. Pada saat diarak itu, dirinya hampir saja menjadi bulan-bulanan massa yang sudah dalam suasana kalap. Beruntung hal itu bisa dicegah oleh mahasiswa dan keamanan setempat.

Setelah diarak, mahasiswa berbadan kerempeng tersebut kemudian di seret lagi ke mimbar. Ditempat itu dirinya kemudian diminta untuk membaca sumpah yang menyatakan dirinya telah salah dalam menilai aksi puluhan mahasiswa dan kemudian dipersilahkan pergi.

Sementara itu, aksi puluhan mahasiswa tersebut menuntut tanggung jawab kepada ketua STAIN, Ahmad Subakir agar secepatnya mundur dari jabatannya karena diduga telah memalsukan ijazah. “Bagaimana kami nantinya bisa diterima di masyarakat kalau mempunyai ijazah yang ditandatangani oleh orang yang pernah memalsukan ijazah,” ujar Kholid Junaidi, koordinator aksi.

Dalam aksinya, selain membawa berbagai macam poster, membagi-bagikan print out ijazah yang diduga palsu sekaligus sebagai bukti kesalahan dari Subakir, hingga membakar keranda yang mereka representasikan sebagai matinya keadilan di lingkungan kampus itu.

Tidak itu saja, mereka juga menyisir ruang kerja senat kampus untuk mencari pengurus senat agar bersikap tegas terhadap tindakan melenceng yang dilakukan oleh ketua StAIN. “Kalau tidak mau (komentar,red) ya jangan dipaksa. Nanti kalau saya ngomong malah tambah jadi tidak karuan,” ujar Nur Ahid, Pembantu Ketua STAIN saat didesak mahasiswa yang datang ke ruang kerjanya.

Ketika massa menyisir ruang kerja senat itulah dihalaman kampus dimana sebelumnya mereka beraksi terjadi penempelan poster yang dilakukan oleh Zainurrohman.

Sejak 2 minggu ini, aksi unjukrasa memang terus terjadi di kampus yang mempunyai 4 fakultas itu. Dalam kurun waktu itu, ada 2 kelompok mahasiswa yaitu yang mendesak untuk perubahan dan mahasiswa yang pro status quo.

Melihat situasi yang memanas, aparat kepolisian yang berseragam dan beberapa diantaranya membawa senjata laras panjang datang ke Lokasi, sebelumnya hanya ada beberapa petugas intel saja. “Untuk jaga-jaga saja,” tutur Kasubag Humas Polres Kediri Kota, AKP Surono yang ditemui sedang mengawasi jalannya aksi.