Wednesday, January 26, 2011

Pemkot Batal Bangun Stadion Jayabaya, Utamakan bangun dua jembatan



TAMPAKNYA keinginan Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri untuk memiliki stadion baru untuk menggantikan Stadion Brawijaya harus bersabar dulu. Pasalnya, jika sebelumnya dalam pembahasan rancangan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) 2011 telah dianggarkan untuk digunakan Detail Engineering Design (DED). Kini anggaran tersebut dialihkan untuk DED Jembatan Manisrenggo-Banjarmlati.

“Anggaran itu, akhirnya digunakan untuk DED Jembatan Manisrenggo-Banjarmlati, tidak jadi untuk stadion seperti rencana semula,” kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kasenan.

Menurutnya, pengalihan untuk jembatan tersebut merupakan rekomendasi dari Komisi C, dengan alasan, jembatan lebih penting daripada pembangunan stadion. “Jembatan baru ini merupakan rekomendasi dari Komisi C,” jelasnya.

Dengan rencana dibangunkannnya jembatan baru ini, maka nantinya Kota Kediri akan mempunyai 2 jembatan baru. Jembatan Brawijaya, yang kini juga belum dimulai proses pembangunannya dan juga jembatan Manisrenggo-Banjarmlati.

Menurut Kasenan, jembatan Manisrenggo ini nantinya akan digunakan sebagai jalur propinsi. Hanya saja lokasinya berada di dalam Kota. Dia khawatir jika dihubungkan antara Kota dan Kabupaten Kediri, maka tidak kunjung terlaksana. “Jembatan itu nanti untuk jalur bus yang langsung masuk terminal, tanpa melewati dalam kota,” ujarnya.

Terpisah, Ketua Komisi C Hadi Sucipto mengatakan, jika jembatan Manisrenggo lebih efektif dibandingkan membangun Stadion baru. “Kalau stadion, kita kan sudah punya stadion Brawijaya, jadi lebih penting jika anggaran itu untuk jembatan Manisrenggo,” jelasnya.

Selain itu, dikatakan Hadi, GOR masih belum dilanunching, dan tampaknya masih perlu anggaran untuk perbaikan serta belum bisa memberikan masukan ke Pendapatan Asli Daerah (PAD). “Akan dikemanakan GOR, kita kan juga belum tahu, makanya lebih efektif jika anggaran itu untuk pembangunan jembatan yang sudah jelas peruntukannya,” ujarnya.

Saat disinggung dengan membangun jembatan baru ini tidak akan membebani APBD, mengingat juga membangun jembatan Brawijaya. Hadi Mengaku jika dalam pembangunan Jembatan Manisrenggo tidak membutuhkan anggaran APBD, karena akan ditanggung APBN. “Kita hanya mengeluarkan anggaran untuk DED ini saja, pembangunannnya ditanggung pusat, karena jembatan ini bersifat nasional,” paparnya.

 sebanyak Sekadar diketahui, saat ini Pemkot Kediri  

Sekadar diketahui, Dalam pembahasan RAPBD 2011 lalu dianggarkan sebesar Rp 600 juta untuk digunakan DED pembangunan stadion Jayabaya dengan kapasitas 40 ribu penonton yang lokasinya berada di sebelah selatan GOR Jayabaya. Namun karena ada perubahan, akhirnya anggaran tersebut dialihkan untuk DED jembatan Manisrenggo.

Ogah Buat Klub Baru, Tetap pakai nama Persik untuk Gabung LPI


KEDIRI – Ketua Umum Persik Kediri Samsul Ashar yang mengaku dengan tegas akan pindah ke Liga Primer Indonesia (LPI), mengaku tidak akan membuat klub baru seperti yang dilakukan Persebaya, dengan ada Persebaya 1927 dan Persebaya yang tetap mengikuti kontestan di Devisi Utama (DU).

“Kalau membuat klub baru, anggarannya yang berat,” kata Samsul Ashar. Saat ini saja, Persik Kediri mengaku telah keberatan dengan minimnya anggaran yang didapatkan dari APBD. “Sekarang saja untuk menggaji pemain sangat kesulitan, tamapaknya hanya dnegan gabung LPI kita bisa mengatasi permasalahan ini,” ujarnya.

Menurutnya, untuk mengikuti kompetisi gagasan dari Arifin Panigoro tersebut, cukup dengan nama Persik ini saja. Karena dengan membuat klub baru maka akan terasa berat dalam anggaran. “Biar Persik ini saja, yang manajemen dan organisasinya jelas, selain itu, juga mempunyai Stadion, mess pemain,” sambungnya.

Sementara itu, sekretaris Persik Kediri Barnadi mengaku, jika memang Ketua Umum Persik menginginkan pindah ke Liga yang dianggap illegal PSSI tersebut, dia mengimbau agar lebih baik membuat klub baru. “Lebih aman jika Persik membuat klub baru, seperti yang dilakukan Persebaya, jadi Persik tetap aman dan tidak dicoret dari PSSI,” ujarnya.

Menurutnya, perjuangan Persik mengikuti kompetisi dibawah naungan PSSI bisa dibilang cukup berat. Dengan diawali dari kasta bawah hingga pernah merasakan juara liga selama dua kali dan sekarang kembali ke Devisi Utama. “Sayang sekali, jika perjuangan Persik harus sirna, hanya dikarenakan gabung LPI,” ungkapnya.