Friday, March 29, 2013

Tradisi Berburu Ikan Mabuk di Sungai Brantas

Masyarakat saat berburu ikan mabok di aliran sungai brantas
KEDIRI - Ratusan warga memadati tepi daerah aliran Sungai Brantas di Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (30/3). Mereka berkerumun di bagian barat dan timur sungai mulai Jembatan bandarngalim dekat Pasar Bandar, Jembatan Semampir Kota Kediri, hingga disekitar Bendung Gerak Waru Tari Kabupaten Kediri.

Dalam tradisi Pladu (dibukanya bendungan Karang Kates, Malang) ini dilakukan setahun sekali, dan biasanya pada bulan-bulan Maret seperti sekarang ini.

Kerumunan warga dibawah terik matahari juga masih terlihat diutara Jembatan Semampir, bahkan terkonsentrasi di sejumlah titik, antara lain anak Sungai Brantas di dekat Stasiun Kereta Api Susuhan, Kecamatan Gampengrejo, dan Bendung Gerak Waru Turi. Sebagian besar warga membawa peralatan menangkap ikan, seperti kail, jala, sesek, perahu dan ada yang hanya menggunakan tangan kosong.

Di antara ratusan warga, Wakhid Suyanto (32), warga Kelurahan Kaliombo, Kecamatan Kota Kediri, sejak pukul 09.00. Dia bersama tetangganya Roni (29) membawa sesek, semacam jaring kecil penangkap ikan, dan sebuah kantong plastik besar.

Tangan Wakhid memegang sesek kuat-kuat, yang diarahkan ke sungai. Matanya menatap tajam ke air sungai yang keruh, seolah ingin menembus ke dalam. Ia mengamati pergerakan ikan-ikan yang terseret arus di sungai dengan konsentrasi penuh. Ikan-ikan itu menggelepar seolah mabuk akibat dihantam arus air yang deras.

Dengan cekatan, dia menciduk ikan-ikan yang mabuk itu ke dalam sesek. Di belakang Wakhid, Roni berdiri memegang tas plastik erat-erat. Dengan sigap, ia memunguti ikan-ikan yang terperangkap dalam sesek. Sesekali Roni juga ikut mencebur ke sungai untuk menangkap ikan-ikan yang mengapung di semak-semak. Namun, ia tidak berani ke tengah sungai, karena arus air sangat deras.

Demi mendapatkan ikan mabok, masyarakat rela berendam
Walaupun hanya mencari di pinggir sungai, jumlah ikan tangkapannya lumayan. “Tahun lalu saya dapat 5 kilogram (kg). Semoga hari ini lebih banyak. Sekarang (sampai tengah hari) kami sudah dapat lumayan, sekitar 3 kilogram,” katanya.

Beragam jenis ikan yang ditangkap warga adalah bader, kutuk, tombro, dan rengkik. Ikan yang paling diburu adalah rengkik karena ukurannya bisa sebesar lengan orang dewasa. Selain itu, rasa dagingnya juga sangat gurih dan durinya mudah dihilangkan.

Warga Kediri yang tidak sempat menangkap ikan sendiri tidak perlu khawatir. Mereka bisa membeli ikan tangkapan yang dijajakan di pinggir jalan mulai pukul 15.00.

Lasmini (30), penjual ikan, mengatakan, ikan kecil dihargai Rp 5.000-Rp 10.000 per kg. Adapun ikan berukuran besar laku dijual Rp 15.000 per kg.

Menurut sejumlah warga, tradisi menangkap ikan di Sungai Brantas berlangsung sejak puluhan tahun silam. Biasanya hal itu dilakukan sekali dalam setahun, saat pintu air di waduk-waduk yang menampung aliran air Sungai Brantas dibuka. Masyarakat menyebutnya tradisi Pladu.

Masyarakat mengetahui jadwal Pladu dari siaran radio lokal atau kabar yang disampaikan dari mulut ke mulut. “Rata-rata warga di Kediri sudah punya firasat kapan waktunya Pladu,” ujar Sutrisno, warga Kelurahan Bandar Lor. (*)

No comments:

Post a Comment