Monday, April 8, 2013

Ribuan Penderita TBC, Dinas Kesehatan Hanya Mampu Deteksi Separonya

KEDIRI - Penderita TBC (tuberkulosin) di Kabupaten Kediri tergolong cukup tinggi. Sesuai data, penderita TBC di Kabupaten Kediri menduduki nomor urut kedua di Jawa Timur, setelah Kabupaten Blitar. Namun demikian, dari sekian banyak penderita TBC yang mencapai 1600-an penderita dalam setahun. Dinas kesehatan Kabupaten kediri, hanya mampu mendeteksi separonya atau sekitar 800an penderita.
 
Kasi pemberatasan penyakit menular langsung (P2ML) Dinkes kabupaten Kediri Nur Munawaroh mengatakan, banyaknya penderita TBC yang tidak terdata oleh dinas kesehatan, karena ada beberapa factor. Diantaranya, masyarakat yang enggan berobat ke puskemas terdekat atau lebih memilih ke rumah sakit swasta. “Ada kemungkinan, mereka berobat ke rumah sakit swasta, makanya tidak bisa kami deteksi,” ujarnya.
 
Untuk itu, pihaknya bekerja sama  dengan lembaga kesehatan Nahdhatul Ulama (LKNU) untuk mendeteksi penderita TBC dimasing-masing kecamatan. “Makanya dengan adanya LKNU ini, bisa membantu kami untuk mendeteksi TBC hingga pelosok desa,” ujarnya.
 
Menurutnya, dengan adanya pengawasan oleh LKNU hingga tingkat kecamatan maupun pelosok desa. Pihaknya berharap, LKNU bisa melakukan pengawasan bagi para penderita TBC teriutama saat menjalani perawatan dengan minum obat secara teratur. Mengingat virus TBC sangat berbahaya, karena mudah tertular. Bagi para penderita TBC, harus menjalani perawatan dengan minum obat selama enam bulan berturut-turut. Bila penderita TBC berhenti minum obat sebelum habis batas waktunya, bisa terjadi multy drug resistance (MDR) atau kekebalan terhadap seluruh jenis obat pembasmi bakteri tuberkolosis. “Jika sudah terjadi MDR, penderita harus dirujuk ke rumah sakit dokter sutomo/ karena tidak bisa diobati di rumah sakit kabupaten kediri,” ujarnya. 
 
Sekretaris LKNU Anggia Ermarini, mengatakan Kediri dipilih sebagai lokasi peluncuran dan pelaksanaan program Cepat LKNU karena memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Catatan ini menjadikan Kediri memiliki potensi yang lebih tinggi untuk penyebaran Tuberculosis. “Tuberculosis itu penularannya lebih mudah dibandingkan dengan HIV/Aids, karena hanya dengan berhadap-hadapan seperti ini saja sudah bisa menular. Sehingga daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, kemungkinan Tuberculosis menyebar juga tinggi," kata Anggi setelah acara peluncuran program di salah satu Hotel di Kota Kediri, Senin (8/4).

Catatan yang didapatkan petugas lapangan LKNU menunjukkan, di awal tahun 2013 sudah ditemukan 3 penderita Tuberculosis di Kabupaten Kediri yang meninggal dunia. Sementara penderita yang berstatus DO (Drop Out), yaitu memilih berhenti mengkonsumsi obat sebanyak 1 orang. Penderita kambuh sebanyak 2 orang, dan 3 lainnya masih tercatat menjalani perawatan. “Selain di Kediri, program Cepat LKNU juga akan dijalankan di Blitar," tambah Anggi.
(*)

No comments:

Post a Comment