Monday, May 27, 2013

Cinta Panji dan Dewi Kembali Bersemi di Goa Selomangleng



KEDIRI – Ande-Ande Lumut adalah cerita populer di kalangan masyarakat Jawa. Dalam cerita itu dikisahkan seorang janda (Mbok Rondo) yang tinggal di daerah Dadapan mempunyai lima orang gadis. Anak-anak yang cantik itu bernama Kleting Merah, Kleting Hijau, Kleting Biru dan Kleting Ganyong. Pada suatu hari datang seorang gadis berpakaian kotor. Gadis itu bernama Kleting Kuning.

“ Mbok saya mau ngenger (baca : numpang) disini. Saya akan melakukan apapun yang mbok suruh,” pinta gadis itu. Kelima gadis anak mbok rondo mencemooh. “ Memangnya ini penginapan atau hotel. Seenaknya saja ngenger disini,” cemooh Kleting Merah, Kleting Hijau, Kleting Biru dan Kleting Ganyong. Untunglah si mbok rondo segera mengajak gadis itu. Kleting Kuning seorang anak yang rajin. Sedangkan enam gadis anak si mbok rondo sangat pemalas dan pekerjaanya hanya bersolek.

Pada suatu hari, para kleting mendengar ada seorang pria tampan yang tinggal di seberang desa. Pria tampan nan gagah perkasa itu bernama Ande-Ande Lumut tinggal bersama seorang janda pula. Banyak gadis yang melamarnya, tetapi tak satupun yang diterima. Hingga akhirnya kelima kleting segera berangkat ke rumah Ande-Ande Lumut. Mereka saling mendahului agar segera terpilih menjadi istri Ande-Ande Lumut.

Kisah diatas diperankan kembali dalam Opera Pelataran Goa Selomangleng Kota Kediri. Pemeran berasal dari para seniman didikan Sastro Budoyo Kediri. Sedangkan dalangnya adalah Kompol Dodik Eko Wijanarko. Sang dalang tak lain adalah Kapolsek Mojoroto Kota Kediri, yang juga Wakil Ketua Dewan Kesenian Jawa Timur

Dengan konsep dagelan (baca : lawakan segar) acara tersebut langsung mengundang perhatian masyarakat. Ratusan pengunjung wisata Goa Selomangleng dan Museum Airlangga Kediri tumplek blek mengerumuni. Untuk menambah nuansa sakral dan mistik masyarakat juga disuguhi musik karawitan Sarwo Lawas.

“ Tibalah mereka (para kleting) di pinggir sungai yang memisahkan dua desa,” ujar dalang Dodik Eko Wijanarko. Kelima gadis mbok rondo pun bingung menyeberanginya. “ Bagaimana cara kita menyeberang?’ keluh Kleting Abang. Tiba-tiba munculah raksasa Yuyu Kangkang. “Mau kemanakah kalian ini?” tanya Yuyu Kangkang dengan nada tinggi. Jawab para kleting, hendak menyeberang sungai. “ Maukah kau menolong kami?” pinta Kleting Biru. Kemudian Yuyu Kangkang mengajukan syarat.

“ Aku mau pilusmu (pipi mulusmu). Setelah ku seberangkang, kalian harus menciumku satu per satu,” kata Yuyu Kangkan. Pada awalnya, kelima gadis mbok rondo menolak. Tetapi karena terpaksa, akhirnya mereka bersedia mencium. Dengan cekatan Yuyu Kangkang pun menyeberangkan mereka. Setelah itu, Yuyu Kangkang langsung mencium pipi kleting itu satu per satu. Dalam pikiran mereka yang penting segera bertemu dengan pria idaman yang tak lain adalah Ande-Ande Lumut

Sesampainya di rumah Ande-Ande Lumut, kelima kleting segera masuk dan memperkenalkan diri. Mereka satu per satu berlenggak-lenggok berusaha menarik perhatian Ande-Ande Lumut. Sementara itu, ibu Ande-Ande Lumut melantunkan lagu.

“Anakku, si Ande-Ande Lumut temuilah ada gadis yang ingin melamarmu. Si gadis nanti cantik rupawan, Kleting Merah yang jadi namanya”. Jawab Ande-Ande Lumut. “Duh ibu saya belum menerima rupa cantik bekas si Yuyu Kangkang. Kleting Merah sangat kecewa, begitu pun kleting lainnya.

Sementara itu, setelah menyelesaikan pekerjaanya Kleting Kuning berangkat menyusul keenam kleting. Tibalah di sungai besar. Dia bertemu dengan Yuyu Kangkang.  Kleting Kuning meminta tolong supaya diseberangkan. Tetapi, Yuyu Kangkang menolak. Alasannya, Kleting Kuning mengeluarkan aroma bau busuk, dan di pipinya terdapat kotoran ayam. Yuyu Kangkang hendak menyelam ke sungai. Dengan cekatan Kleting Kuning mengeluarkan pusaka “Sodo Lanang” dipukulkan ke sungai. Hingga sungai terbelah menjadi dua. Dan Kleting Kuning bisa menyeberang.

Kleting Kuning tiba di rumah ibu Ande-Ande Lumut. “ Dinda, akhirnya kau kutemukan,” kata pangeran Panji Asmoro Bangun, yang menyamar menjadi Ande-Ande Lumut. Kleting Kuning tergagap dan bingung ketika menyadari dirinya dihampiri pangeran. Akhirnya dua sejoli, putra dan putri raja itu bertemukan kembali

Kabid Pariwisata Disbudparpora Kota Kediri Esti Rahayu mengucapkan permohonan maaf karena Walikota Kediri dan Kepala Disbudparpora tidak bisa hadir ditengah tengah masyarakat. Dirinya berharap, kedepan setiap seminggu sekali akan ditampilkan budaya-budaya khas masyarakat Kediri, sebagai akar budaya Nasional.

No comments:

Post a Comment